Berawal ketika survei lapangan pada hari Sabtu 09 Maret 2024 di Masjid Al-Furqon Mergan. Kami dari kelompok 13 yang beranggotakan Fariz Husein, Zimzua ikhsanta, Ihsan Muhammad dan diketuai oleh Aziz Rahman, bersama-sama menuju masjid Al-furqon mergan menggunakan grand max. Ditengah perjalanan kami berhenti, karena ragu masjid Al-Furqon Mergan mana yang dituju. Mergan Minggir atau Moyudan. Pun pada awalnya kami mengira masjid Al-Furqon Mergan adalah tujuan kami. Setelah menghubungi pendamping, ternyata lokasi tujuan kami adalah Mergan kecamatan Minggir, kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi.
Sesampainya disana, kami sedikit
mengeluh karena lokasi masjidnya yang cukup jauh dari jalan besar dan
warung-warung, kami iri dengan masjid-masjid tujuan kelompok lain yang serba
ada ini dan itu, Tapi itu semua hanyalah awal. Keadaan berbanding terbalik
ketika Ramadhan tiba, saat kami, memulai. Ramadhan Bersama Umat (RBU). Hari
demi hari kami lewati dengan penuh susah dan senang. Kegiatan kami yang
bertabrakan antara RBU dan ujian tengah semester ditambah lagi, dengan jabatan
kami di pondok sebaga, OSIS kami jalani dengan lapang dada. Lelah pasti, tapi
itu tidak membuat kami murung, serunya RBU seperti mengajar TPA, menambah
relasi dengan pemuda-pemudi masjid, mengenal lingkungan baru dan masih banyak
lagi, menjadi hiburan tersendiri bagi kami. Jika Pada awalnya kami, merasa kami
adalah kelompok yang tidak beruntung, sekarang justru kami merasa bahwa kamilah
kelompok yang paling beruntung. Kamilah satu-satunya kelompok yang
berpindah-pindah lokasi masjid setiap beberapa hari sekali, yang mana itu
membuat kami tidak merasa bosan menetap di satu masjid saja seperti kelompok
lain. Dalam mengajar TPA juga kami dibantu bukan hanya oleh pemuda-pemudi
masjid saja tapi juga oleh santriwati, dari ponpes mualimat yang turut
melaksanakan tugas serupa di bulan Ramadhan.
Tak terasa 9 hari sudah kami lewati,
bagi kami itu sangatlah singkat, tapi banyak hal yang bisa kami ambil dari 9
hari yang singkat itu. Salah satunya, kami berpikir sama halnya dengan para
pemuda ashabul kahfi, bahwasannya rumah yang indah dengan segala harta dan
jabatan tidak lebih indah dari gua sempit di kaki gurung. Maksudnya,
kesederhanaan itu lebih baik daripada kemewahan, karena ketika dalam keadaan
sederhana kita bisa lebih dekat dengan Allah bila kita Sabar dan menerimanya
dengan sepenuh hati dan ketika kita sudah dekat dengan Allah, maka diri hita
akan merasa lebih tenang, nyaman, dan bahagia dengan apapun yang terjadi.